Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Musim Kemarau Desa Cibuntu

Pak Irfan memakai batik 

Sebentar lagi kita akan memasuki musim kemarau. Musim kemarau identik dengan angin kencang dan cuaca cerah serta jalan ngebul. Di Desa cibuntu gitu loooo. Masyarakat desa cibuntu ada tradisi Tradisi Permainan Manyer Kolecer (Kincir Angin)
pada musim kemarau. Sebelum melangkah jauh mengenai kolecer maka terlebih dahulu saya akan jelaskan pengertian Istilah manyer kolecer adalah sebagaimana bentuk fisiknya, kolecer yang sudah dibuat akan dipasang di atas tiang yang dibuat dari potongan batang bambu. Intinya pamanyer (tiang Pemancang) dalam bahasa Indonesia biasa disebut tiang Kolecer (tiang kincir)
Di luar negeri kincir angin digunakan untuk pembangkit tenaga listrik seperti di Jerman.
Kalau di pasar kita lihat banyak sekali model kincir angin terbuat dari plastic dan kegunaannya seperti : 
1. Menghiasi taman atau halaman rumah Anda 
2. Mainan untuk anak-anak
3. Kado ulang tahun anak 
4. Bingkisan atau oleh-oleh ulang tahun 
5. Menghiasi kantor atau cafe Anda
Tradisi Permainan Manyer Kolecer (Kincir)
Tradisi Permainan Kolecer (kincir) ini merupakan sebuah tradisi yang dapat dikategorikan sudah sejak lama ada dan tidak dapat diketahui kapan munculnya tradisi tersebut. Hal yang paling umum dalam tradisi ini adalah adanya suara kolecer (kincir) yang bersuara bermacam-macam. Ada yang berbunyi TILIL TILIL TILILLLLLLLLLLLLL JELEGUR (persi kampung lembur sawah). Ada juga istilah bahwa suara kolcer itu sangat Indah, sebab ada suara nyeguknya.Bentuk fisik kolecer tersebut sebenarnya sangat sederhana, namun pada dasarnya sulit dalam proses pembuatannya. Kerumitannya yang paling urgen adalah prinsip keseimbangan dalam membuat bentuk kolecer/kincir itu sendiri. Bahan yang digunakan biasanya dapat dari bahan kayu dan dapat pula menggunakan bambu. Yang paling umum adalah penggunaan bahan kolecer / kincir dari kayu (pohon).
Masyarakat penggemar kolecer biasanya dari semua usia mulai dari anak-anak hingga orangtua. Anak-anak biasanya menggunakan kolecer yang dibuat dari bahan bambu, sedangkan kolecer yang dibuat dari bahan kayu/pohon bisanya digunakan oleh orangtua. Dalam hal ini dapat dimaklumi, karena memang sesuai dengan tingkat kesulitan dan kerumitannya dalam proses pembuatannya. Hingga saat ini tradisi manyer kolecer masih bertahan dan masih digandrungi oleh semua kalangan di tengah masyarakat Desa Cibuntu. 
Seniman warga desa cibuntu pengrajin kolecer
1. Di Cibubuay Mang Eden
2. Di Ci Tegal Bah Wasi
3. Di Ci Jolang Mang Mimin
4. Di Ci Bayur H. Angi (Alm)
5. Di Lembur Sawah Mang Oleh Saebah, H. Ahmad dan mang Gunawan
6. Di Cibuntu Mang Jae
7. Di Tegal Ruamin Si Kama
8. Babakan Sirna H. Lalon
Nach wargi sada upami hoyong liburan di musim kemarau manga liburan ka desa Cibuntu terus moe dan nyeungir sambil ningalikeun sareung ngareungeukeun suara kolecer. (irfan)